PATAH HATI AWAL RAMADAN - BUKAN PULANG YANG DITUNGGU

 Sesaat setelah bapak berpulang suster yang lagi memberesi kabel-kabel di badan bapak minta aku untuk beli 3 pcs kain batik panjang untuk menutupi jenazah bapak, belinya di koperasi rs yang jauhnya amit-amit itu. Kakakku ada disana tapi dia lagi nangis sampe hampir pingsan dan ndelosor di lantai.

Dia kasi aku uang lalu aku keluar ruangan rawat masih dengan sesenggukan yang gabisa berenti, sepanjang jalan ke koperasi aku peluk hapeku dan uang yang aku bawa masih sambil sesenggukan. Orang-orang tentu aja ngeliatin, tapi aku gabisa berenti nangis. Keinget betapa cepatnya bapak pergi tanpa pesan bikin tangisku semakin menjadi tapi aku tetep seret kakiku jalan sampai koperasi. Sesekali aku berhenti untuk usap wajahku dan maskerku yang basah karna airmata dan keringat,  di koperasi aku gatau dimana kain batiknya aku cuma pernah kesana untuk beli makanan dan waslap. Aku tanya ke penjaganya sambil nangis, ternyata aku tepat berdiri di depan rak kain batik terpajang. Aku ambil 3 pcs tanpa sempet pilih motif atau warnanya.

Balik ke ruangan rawat bapak yang jauh tangisku belum selesai, orang-orang yang pada ngeliatin sepertinya mengerti apalagi ini rumah sakit besar sangat lumrah sepertinya kehilangan orang terdekat disini.

Sampai diruang rawat ada satu sepupuku disana, Setelah menyerahkan kain batik ke suster rasanya tenagaku habis, aku duduk dilantai disebelah ranjang bapak dipojokan depan lemari penyimpanan. Tentu aja lanjut nangis sambil peluk bantal yang aku pakai untuk menyangga punggung bapak tadi, kakakku lebih tegar dia sanggup bantu suster membungkus tubuh bapak dengan kain batik. Gak lama saudara-saudaraku datang, suamiku datang. Aku ? Masih dipojokan nangis, aku harus nangis sampai air mataku habis ! Tapi ternyata stock airmata ku banyak, jadi mau gamau aku paksa tangisku berhenti. Aku mau ngaji untuk bapak selain itu banyak yg harus diberesin supaya bapak bisa segera dibawa pulang.

Dari awal bapak masuk rumah sakit aku tanda tangan semua persetujuan tindakan dan sebagainya, sampai akhirnya bapak berpulang aku juga yang tanda tangan ijin pemulangan jenazah beliau. 

Kenapa Monic pak ? Bapak kira monic kuat ? Asal bapak tau aja, dari awal bapak sakit monic cuma berusaha harus kuat karna merasa sedang diandalkan padahal hati monic selembek yuppy, di rumah sakit monic sering nahan nangis sampe rahang monic sakit Tapi monic kuat-kuatin gatau kekuatan itu datang dari mana padahal gapernah di persiapkan sebelumnya.

Tapi Yaudah lah pak.. 

Lagi lagi aku ikut didalam ambulance mengantarkan bapak pulang, bukan pulang seperti ini yang ditunggu keluarga kita di rumah tapi kepulangan dalam keadaan sehat. Aku ga marah, ini semua sudah allah yang atur supaya bapak ga sakit lagi ! Didalam ambulance aku masih nangis sambil pegang keranda mayat bapak, ambulance berjalan pelan dan tenang didukung juga dengan jalanan yang lenggang. Dari dalam ambulance aku lihat toko-toko buka seperti biasa, orang-orang beraktifitas normal, dunia berjalan seperti seharusnya. Hanya aku dan keluargaku yang berduka! 

Sampai didepan gang sudah banyak orang yang menyambut ambulance bapak, biasanya di jam ashar ini banyak motor jamaah masjid yang parkir di gang tapi saat itu gang juga lenggang seolah menyambut kepulangan bapak. Saat ambulance parkir saudara-saudara mengerubungi untuk menggotong keranda bapak. Aku liat sambil syok, ada yang liat ekspresiku lalu teriak

' Itu dulu Monica tolong di pegangi' aku makin syok 

Mereka tarik keranda bapak sambil menyerukan LA ILAHA ILLAH berame-rame, detik itu tangisku yang tadi cukup tenang Pecah lagi seperti pertama kali menemukan bapak sudah berpulang. Dadaku sakit sekali, sesak. 

Aku dipapah dua orang keluar ambulance, ternyata iya aku perlu dipegangi. Kakiku hampir gaberasa menginjak tanah, aku seret kakiku jalan dibelakang keranda mayat bapak sambil tangisku memenuhi satu kampung bugis. 

Karena rumah kami mungil, jadi jenazah bapak diletakkan di rumah datuk yang luas yang sangat memungkinkan untuk menampung orang-orang yang akan melayat. Mamak, caca, bayinya, kakak iparku ani dan seluruh keluarga lain sudah menunggu disana. Bapakku sudah di letakkan di kasur yang di bawa dari rumah, kasur yang memang biasa dipake bapak tidur diruang tamu. Wajahnya ditutupi jilbab putih dan badannya ditutupi kain batik lain, aku masih dengan airmata yang ga selesai-selesai duduk lemas melihat bapak diletakkan di atas kasur. Caca samperin aku sambil nangis, kita pelukan katanya ' Jangan nangis kayak gitu , badan daeng monic sampe dingin ' Tapi aku gabisa berenti nangisssss ! aku berusaha banget untuk lebih tenang tapi hatiku hancur sekali. 

Mamak belum sanggup untuk nengokin Jenazah bapak, bener-bener masih syok. Aku pun ga sanggup juga buat ketemu mamak, gimana dong ? Dititipin jaga bapak, tapi bapak malah berpulang tanpa pesan dan perpisahan. Aku harus bilang apa ? 

Setelah aku agak tenang, aku samperin mamak. Mamak juga udah agak tenang, aku ceritain gimana detik-detik akhir bapak. Banyak orang yang dengerin, kadang sampai aku harus cerita berulang-ulang. 
Kita semua udah agak stabil, aku pulang dulu kerumah mamak karna kepalaku sakit sekali. Salma dan suamiku mau pulang kerumah kita untuk mandi dan ambil beberapa baju, beberapa hari kedepan kita semua akan nginap dirumah mamak. 

Malam itu Banyak banget yang melayat dan ngaji untuk bapak mulai dari keluarga, tetangga, temen-temen bapak, temen-temen kantorku, keluarga suamiku semuaanya. Bapak akan dimandikan malam ini, tapi dikuburkan besok pagi karna harus tunggu adiknya yang akan datang dari Makassar. Bapak gapunya saudara kandung yang tinggal di Bali hanya saudara sepupu dan ponakan-ponakannya, bapak adalah orang yang mereka tuakan disini. Seluruh keluarga bapak ada di kampung di Palopo, mereka sudah dikabari ada satu adiknya yang di Makassar terbang dengan pesawat paling pagi besok. 

Hari kepergian bapak, sangat melelahkan untuk kita semua. Mamak baru sanggup nengokin jenazah bapak ba'da maghrib. Mungkin tangisnya sudah terluapkan tadi siang jadi beliau sudah sangat tenang bertemu bapak, hampir tidak ada airmata. 

Aku sangat kelelahan, kepalaku sakit. Setiap kali aku berusaha untuk tidur selalu saja terbayang detik-detik terakhir bapak dirumah sakit, aku gamau ini jadi trauma. Aku gamau ingatan kepergian bapak membekas lama di kepalaku, aku gamau yang lebih banyak aku ingat tentang bapak adalah kenangan bagaimana bapak berpulang. Aku gamau lupa suara normal bapak saat belum sakit, aku gamau lupa wajahnya saat masih hidup. Aku Nangis lagi semalaman karna gabisa tidur dan kepalaku sakit penuh memory detik-detik terakhir bapak.

Tengah malam bapak di mandikan, lalu di kafani tapi bagian wajahnya dibuka kembali untuk memberi kesempatan pada keluarga dan adik bapak yang belum datang. 

Mengantarkan Bapak pulang 




Moment terpatah hatiku






Komentar

Postingan Populer